TANTANGAN DAKWAH
(Tafsir Surat Ali Imran Ayat 186)
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Tafsir Dakwah
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun
Affandi, Lc., M.Ag

Disusun Oleh :
1.
Laili
Alawiyatul Fauziyah (1401016023)
2.
Wafa
Amrullah
(1401016027)
3.
Imamul
Choiroh (1401016030)
4.
Khamidah
Eko Pujiarti (1401016034)
5.
Ikromah
(1401016036)
6.
Irfan
(1401016041)
7.
Yusuf
(1401016043)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Bagi para pengemban tugas Dakwah terutama para Da’i dan seluruh umat Islam
dalam rangka menegakkan kebaikan dan kebenara di jalan Allah pasti akan
mengalami banyak rintangan. Entah itu dari harta benda, jiwa, cercaan dan
hinaan dari orang lain maupun perlawanan dari manapun itu pasti akan terjadi.
Terkadang orang yang tidak kuat imannya akan goyah imannya. Bisa saja frustasi,
menyerah, putus asa, atau bahkan mengakhiri hidupnya. Karena memandang
berbagai cobaan dan ujian hidup yang datang silih berganti tersebut sebagai
musibah yang menyengsarakan dirinya. Itulah sunnatullah dalam aqidah
dan semua bidang dakwah. Tidak ada yang bisa bersabar menghadapi
kesulitan yang ada kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dengan penuh
ketakwaan pada Allah.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam menyampaikan wahyu
dan risalahnya Rasulullah selalu mengalami banyak pertentangan dan perlawanan.
Perjuangan melawan kaum kafir dan kaum musyrikin tak terhitung banyak sekali
metode dan atrategi yang dilakukan oleh Rasulullah dalam mengemban tugas
Dakwahnya. Semua itu tertuang dan diceritakan di Al-Qur’an dan al-Hadits yang
dijadikan oleh generasi penerus sebagai pedoman hidupnya.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai Tantangan Dakwah
terhadap Sasaran Dakwah. Dimana tema tersebut dalam pengkajiannya dikhususkan
pada pilihan Surat Ali Imron Ayat 186.
II. RUMUSAN
MASALAH
A. Bagaimana
teks dan terjemahan surat Ali imran ayat 186 ?
B. Bagaimana
mufrodat surat Ali imran ayat 186 ?
C. Bagaimana
sabab nuzul surat Ali imran ayat 186 ?
D. Bagaimana
munasabah surat Ali imran ayat 186 ?
E. Bagaimana
tafsir surat Ali imran ayat 186 ?
F. Apa
hukum surat Ali imran ayat 186 ?
G. Apa
saja hikmah surat Ali imran ayat 186 ?
III. PEMBAHASAN
A. Teks
dan terjemahan Surat Ali imran ayat 186
الَّذِينَ وَمِنَ قَبْلِكُمْ مِنْ الْكِتَابَ أُوتُوا الَّذِينَ مِنَ وَلَتَسْمَعُنَّ وَأَنْفُسِكُمْ أَمْوَالِكُمْ فِي
لَتُبْلَوُنَّ
186. عَزْمِ
الْأُمُورِ مِنْ ذَلِكَ فَإِنَّ وَتَتَّقُوا تَصْبِرُوا وَإِنْ
كَثِيرًا أَذًى أَشْرَكُوا
“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan
dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan orang
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dari orang orang musyrik. Jika kamu
bersabar dan bertakwa, maka sesunggunya yang demikian itu termaksud urusan yang
patut di utamakan.” (Ali imran : 186).
B. Mufrodat
لَتُبْلَوُنَّ = kalian akan di uji
أَمْوَالِكُمْ
فِي =
di dalam harta kalian
وَأَنْفُسِكُمْ = di dalam diri kalian
وَلَتَسْمَعُنَّ =
mendengar banyak hal
الْكِتَابَ أُوتُوا = orang-orang
yang di beri kitab suci
أَشْرَكُوا = orang-orang musyrik
تَصْبِرُوا وَإِنْ = jika kamu bersabar
وَتَتَّقُوا = dan bertakwa
عَزْمِ
الْأُمُورِ =
urusan yang di utamakan
C. Sabab Nuzul Ayat
Diriwayatkan oleh Az-Zuhri bahwa ka’ab ibn
Al-Asyraf, seorang penyair bangsa yahudi, selalu memaki-maki Nabi dengan
syai’rnya dan menghasut orang-orang kafir untuk menentang Nabi. Ketika Nabi
saw. Tiba di Madinah, penduduknya terdiri dauhnya.ri kaum muslimin, musyrikin,
dan Yahudi. Nabi ingin mengadakan perdamaian dengan mereka itu. Akan tetapi
para musyrik dan kaum Yahudi terus-menerus menyakiti Nabi dan para sahabat.
Berkaitan dengan itu Allah memerintahkan agar Nabi bersabar.[1]
D. Munasabah
Ayat ini merupakan kelanjutan ayat-ayat sebelumnya
yaitu ayat 185, yang maksud ayatnya yaitu ayat penghibur hati Nabi Muhammad
saw. Untuk menghilangkan kesedihan beliau akibat sikap kaum kafir dan kaum
munafik. Ayat-ayat ini mengandung penghibur bagi beliau, yaitu bahwa setiap apa
yang kamu lihat wahai Muhammad berupa sikap penentangan, penolakan dan permusuhan
kaum kafir pasti menuju akhir, setiap yang datang, pasti akan hilang. Oleh
karena itu, janganlah kamu merasa gelisah dan bersedih hati, karena
sesungguhnya mereka akan menerima balasan yang setimpal atas perbuatan mereka
kelak di hari kiamat. Sesungguhnya usia dunia tidaklah panjang dan hari kiamat
adalah hari pembalasan.
Ayat 186 ini juga mengandung pesan bagi kaum
mukminin agar mereka mempersiapkan diri dan bersabar menghadapi apa yang akan
mereka temui berupa berbagai bentuk gangguan dan cobaan. Sehingga katika mereka
dikejutkan dengan hal-hal yang datang secara tiba2, mereka sudah siap untuk
menghadapinya. Tidak seperti orang yang tidak beriman, jika ia menghadapi suatu
gangguan dan musibah, maka ia akan merasa bersedih, putus asa dan membenci
kehidupan.[2]
E. Tafsir
Dalam ayat ini di jelaskan tiap arti kata yaitu, ( لَتُبْلَوُنَّ )
Kalian akan diuji, maksudnya, kalian akan dperlakukan seperti orang yang sedang
diuji agar diketahui keadaan kalian sesungguhnya. (أَمْوَالِكُمْ
فِي )
di dalam harta kekayaan kalian dengan mewajibkan zakat, berinfak di jalan Allah
SWT dengan bencana dan musibah yang menimpa hara kalian tesebut. ( وَأَنْفُسِكُمْ ) dan di dalam diri atau jiwa kalian, seperti dengan dibunuh,
ditawan, terluka, ketakutan, dan musibah yang menimpanya ketika berjuang di
jalan Allah SWT dengan berbagai ibadah wajib, dengan berbagai penyakit, dengan
kehilangan orang-orang dekat dan kerabat.
(الْكِتَابَ أُوتُوا)orang-orang yang diberi kitab suci, yaitu kaum Yahudi dan
Nasrani. (أَشْرَكُوا الَّذِينَ) dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah SWT yaitu kaum
musyrik bangsa Arab.
(كَثِيرًا أَذًى) gangguan yang banyak, seperti cacian, makian, hinaan, dan
hujatan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya serta mengganggu kaum wanita kalian.
( تَصْبِرُوا وَإِنْ )
jika kalian bersabar menghadapi itu semua, ash-shabru
adalah menahan diri terhadap apa yang dibenci, memendam emosi, kuat menahan
kesedihan dan kuat menghadapi kesulitan dengan takwa dan ridha.
(عَزْمِ
الْأُمُورِ مِنْ ) dan kalian bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan
perintah dan menjauhi larangan. Takwa adalah menjauhi kemaksiatan dan menetapi
atau mematuhi perintah.
Abu Ja’far berkata: kalimat لَتُبْلَوُنَ
فِى~ أَمْوَلِكُمْ
Maknanya adalah, “kalian akan dicoba dengan berbagai musibah yang menimpa harta
benda kalian.”
Kalimat وَأَنْفُسِكُمْ maknanya adalah “juga dengan hancurnya kerabat kalian dan orang
yang sebangsa dengan kalian dari kaum yang membela dan seagama dengan kalian.
Kalimat ,وَلَتَسْمَعُنَ
مِنَ الَّذِ يْنَ أُتُواْ الْكِتَبَ مِنْ قَبْلِكُمْ
“Dan (juga) kamu sunggu-sungguh akan mendengar
dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu.” Maknanya adalah, “Dari
kalangan Yahudi yang berkata, “sesumgguhnya Allah itu fakir sementara kami
kaya’, dan “Tangan Allah itu
terbelenggu, serta perkataan-perkataan serupa lainnya, yang pada intinya adalah
pendusta atas nama Allah SWT.”
Kalimat وَمِنَ
ألَّذِيْنَ أَشْرَكُوّْ~اْ“Dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,” maknanya
adalah, “Dari kalangan Nasrani.”
Kalimat أَذًى
كَثِيرًا“gangguan yang banyak yang menyakitkan hati” maknanya adalah “
gangguan dari orang-orang Yahudi yaitu seperti yang telah kami sebutkan tadi,
sedangkan gangguan dari orang-orang Nasrani yaitu perkataan mereka, ‘Al Masih
adalah anak Allah’ dan kekufuran-kekufuran mereka yang lain.”
Kalimat وَإِن
تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُوا “Jika kamu bersabar dan bertakwa.” Maknanya adalah, “Jika
kalian bersabar terhadap perintah Allah dalam menghadapi mereka dan yang lain,
serta bertakwa dalam perintah dan larangan-Nya, sehingga kalian beramal sesuai
dengan ketaatan kepada-Nya فَإِنَّ
ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ‘Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan’. Maksudnya, kesabaran dan ketakwaan merupakan salah satu perkara
yang Allah perintahkan kepada kalian.”[3]
Dalam
ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw dan pengikutnya akan
mendapat ujian sebagaimana mereka telah diuji dengan kesulitan di Perang Uhud.
Mereka akan diuji lagi mengenai harta dan dirinya. “sesungguhnya kamu akan
diuji mengenai hartamu dan dirimu”. Kamu akan berkorban dengan hartamu
menghadapi musuhmu untuk menjunjung tinggi drajat umutmu. Kamu akan
meningkatkan perjuangan yang
mengakibatkan keluarga, teman teman seperjuangan yang dicintai untuk
membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan orang
yang mempersatukan Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal hal yang
menyakitkan hati, mengganggu ketentraman jiwa seperti fitrah zina yang dilancarkan
oleh mereka terhadap Siti Aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi saw ketika
kembali dari satu peperangan, di suatu tempat karena mencari kalungnya yang
hilang. Kemudian datang Safwan bin Mu’attal menjemputnya. Orang orang munafik
menuduh Aisyah berzina dangan Safwan. Satu fitnah yang sangat memalukan dan
menggemparkan masyarakat Medinah pada waktu itu, peristiwa itu dikenal dengan
hadisul ifki (kabar bohong).
Dengan
demikian hebat fitnah yang dilancarkan dan demikian banyak gangguan yang menyakitkan
hati yang ditunjukan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar menghadapnya dan
menerimanya dengan penuh takwa, maka semuanya itu tidak akan mempunyai arti dan
pengaruh sama sekali, dan sesungguhnya sabar dan takwa itu adalah urusan yang
harus diutamakan.[4]
Dalam surat lain Allah juga berfirman yang berkaitan
dengan tantangan dakwah yaitu surat Muhammad ayat 31 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ
الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ}(محمد/31
“Dan
sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan
(baik buruknya) hal ihwalmu”
F.
Hukum
Hukum
yang bisa kita ambil dari tafsir di atas adalah Wajib bersabar dan memelihara
ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab Allah juga memerintahkan Rasulullah untuk
senantiasa bersabar ketika di ganggu orang kafir saat berdakwah
G. Hikmah
Apabila seorang mukmin menghadapi sesuatu yang
menyakitkan hatinya karena Al-Qur’an, agama, dan Nabinya dihujat dan dihina,
maka ia harus sabar, tetap menjaga ketakwaan, memalingkan diri dari orang-orng
kafir yang melakukan hujatan dan penghinaan tersebut, tetap memegang teguh
akidah, tabah, dan sabar didalam menghadapi berbagai cobaan dan ketika
berperang di jalan Allah SWT ketika memang jalan dengan perang ini harus
ditempuh.
Allah SWT menegaskan kepada para
hamba-Nya untuk bersabar dan bertakwa, Allah SWT menjelaskan kepada mereka
bahwa sabar dan takwa termasuk meneguhkan diri dan menguatkan tekad untuk
menjalankannya. Karena hal ini menjadi bukti kuatnya keinginan, bulatnya tekad
dan luhurnya himmah. Al-Qurthubi berkata,kata, Azmul umuur adalah
perkara-perkara yang keras dan kuat.
Menurut pendapat yang kuat, sebenarnya
ayat ini seperti yang dikatakan oleh Al Qurthubi tidak di naskh (di hapus).
Karena perintah membantah dengan cara yang lebih baik dan bersikap ramah tetap
di anjurkan. Rasulullah saw. Sendiri meskipun ada perintah untuk memerangi
musuh, beliau tetap mau berdamai dan bersikap ramah terhadap kaum Yahudi,
bersikap lapang dada serta memaafkan orang-orang munafik.[5]
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Dalam surat Al imran ayat 186, Allah SWT. memperingatkan Nabi
Muhammad saw dan umatnya bahwa mereka akan diuji dalam harta dan dirinya. Untuk
menghadapi hendaklah ia tetap memelihara
kesabaran dan keakwaan.
Dengan demikian, kita sebagai umat dari Nabi Muhammad saw.
Hendaknya meneladani sikap beliau, jadi ketika kita sedang diuji baik harta
maupun lainnya wajib bersabar dan memelihara ketakwaan kepada Allah SWT.
DAFTAR
PUSATAKA
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan
Tafsirnya, (Jakarta: Widia Cahaya, 2015)
Ash-Shiddieqy,
Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir
Al-Qur’anul Madjid An-nur jilid 1, (Jakarta : cakrawala publishing, 2011)
Az-Zuhaili,
Wahbah, Tafsir al-Munir, (Jakarta :
Gema insani, 2013)
Muhammad
bin Jarir Ath-Thabari, Abu Ja’far Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka
Azzam,2008)
[1]
Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Madjid An-nur jilid 1, (Jakarta : cakrawala
publishing, 2011).
[2]
Tafsir al-Munir, Wahbah az-Zuhaili,
(Jakarta : Gema insani, 2013), hlm. 152
[3]
Abu Ja’far Muhammad bin
Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,2008), hlm.
273-277
[4]
Al-Qur’an dan
Tafsirnya, (Jakarta: Widia Cahaya), hlm. 92
[5] Tafsir al-Munir, Wahbah az-Zuhaili,
(Jakarta : Gema insani, 2013). Hlm. 154
Komentar
Posting Komentar